Kamis, 29 Juli 2010

MEMAHAT KAYU

Sore itu, cuaca begitu cerah. Langit pun bersinar terang. Aku beranjak dari tempat tidur untuk pergi ke rumah paman. Suasana desa mengiringi perjalanan ku. Banyak pohon-pohon tinggi yang menjulang ke langi, sehingga dapat melindungi ku dari sengatan terik matahari.
Sampai di rumah paman aku langsung menuju ke ruang santai, biasanya paman pasti kalau sore di ruang tersebut. Tetapi hasilnya nihil, seluruh ruangan aku cari, tetap tidak menemukan paman. Aku berinisiatif untuk menunggu di ruang tamu.
Setelah beberapa menit aku menunggu, tiba-tiba aku mendengar suara gaduh di balik kebun belakang rumah paman. Akhirnya aku putuskan untuk mendekati suara itu. Aku kaget, ternyata suara trsebut brasal dari seorang yang sedang memahat kayu. "Paman", sapa aku kepada orang itu.

Ternyata sejak awal aku datang, paman sedang menyelesaikan pekerjaannya. Dia sedang memahat sepotong kayu nangka yang ingin di buat meja. Aku penasaran dan terus bertanya-tanya kepada paman. Sambil memegang kapak di genggamannya, paman asyik mengobrol dengan ku. "Tak-tok tak-tok" bunyi suara kayu yang di pahat paman, sambil diiringi derasnya keringat yang mngalir.

Tidak terasa hari sudah mulai senja, aku segera berpamitan ke paman untuk kembali pulang ke rumah. Sudah cukup banyak aku bercakap-cakap dengan paman. Ku salami tangan paman, terlihat telapak tangannya memerah karena terlalu lama memegang kapak. Sambil berpamitan ku berjanji kepada paman bahwa aku akan sering mengunjungi paman.

0 komentar:

Posting Komentar

 

PEACE, LOVE, & RESPECT © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates